Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh menandatangani perjanjian kerja sama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Aceh dan perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh.
Langkah itu bertujuan untuk memperkuat pelayanan kesehatan bagi calon pengantin (catin), terutama dalam hal pencegahan masalah kesehatan yang dapat memengaruhi ibu dan bayi.
Penandatanganan kerja sama ini dilakukan di Hotel Grand Nanggroe, pada pembukaan Rapat Pembentukan dan Evaluasi Jejaring Skrining Layak Hamil, ANC, dan Stunting, Rabu (13/11/2024).
Dalam sambutannya, Kepala Dinkes Aceh, dr. Munawar, Sp. OG (K), menyatakan bahwa salah satu strategi utama untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) adalah dengan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi calon pengantin dan pasangan usia subur (PUS).
Munawar juga menekankan pentingnya skrining layak hamil yang dilakukan sebelum pernikahan, untuk memastikan kesehatan reproduksi dan gizi calon pengantin, serta mendeteksi masalah kesehatan yang dapat berisiko selama kehamilan. "Peningkatan edukasi kesehatan reproduksi dan skrining dini sangat penting dalam mendukung penurunan AKI, AKB, dan stunting," ujarnya.
Menurut data yang disampaikan, sekitar 70 persen calon pengantin diperkirakan akan hamil dalam satu tahun pertama setelah pernikahan. Namun, banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa kehamilan kedua dan seterusnya lebih mudah dan tidak berisiko.
Padahal, menurut Munawar, kehamilan kedua dan seterusnya juga berisiko terhadap AKI dan AKB. Oleh karena itu, perencanaan kehamilan yang baik dan skrining layak hamil sangat diperlukan.
Ia menjelaskan bahwa, kehamilan yang tidak direncanakan dapat berdampak negatif pada kesehatan ibu dan anak, termasuk pengabaian kesehatan selama kehamilan dan persalinan. Untuk itu, penting bagi pasangan usia subur untuk mempersiapkan kehamilan dengan baik, menggunakan kontrasepsi yang tepat, dan memanfaatkan teknologi untuk memantau kesehatan reproduksi.
Dinkes Aceh juga berinovasi dengan memanfaatkan teknologi melalui aplikasi Kescatin yang memungkinkan PUS untuk melakukan skrining secara mandiri. Data yang terkumpul melalui aplikasi ini akan terintegrasi dengan e-Kohort, yang memudahkan petugas kesehatan untuk memantau kondisi kesehatan calon pengantin dan memberikan pelayanan yang lebih optimal.
Kesehatan ibu dan bayi merupakan prioritas utama dalam program ini. Dengan adanya kerja sama antara Dinkes Aceh, Kemenag, dan BKKBN, diharapkan dapat tercipta perencanaan kehamilan yang lebih baik dan kehamilan yang sehat dan aman bagi calon pengantin dan pasangan usia subur di Aceh.
"Dengan demikian, melalui upaya ini, diharapkan Aceh dapat lebih efektif dalam menurunkan AKI, AKB, serta mengatasi masalah stunting yang masih menjadi tantangan besar," pungkasnya.
0 Komentar